Kiai Makmur, Santri Pejuang yang Jadi Bupati Pemalang

Ensiklopedi1195 Dilihat

MEDIASI – Pada era revolusi kemerdekaan Indonesia, tepatnya antara tahun 1946 – 1947, Kabupaten Pemalang pernah dipimpin Bupati dari kalangan santri, namanya Kiai Makmur. Ia dikenal sebagi umara plus ulama.

Kiai Makmur tercatat sebagai Bupati Pemalang yang ketiga pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Beliau diangkat sebagai bupati dalam sebuah rapat akbar rakyat di alun-alun Pemalang pada 30 Desember tahun 1946.

Pengangkatan Kiai Makmur sebagai Bupati Pemalang disahkan pemerintah pusat dan ditandatangani Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri Sumarman yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta.

Silsilah Nasab dan Sanad Keilmuan

Kai Makmur dilahirkan di Pelutan Pemalang Pada Tahun 1906. Ia merupakan anak pertama dari sebelas bersaudara dari pasangan KH Nawawi dan Nya Hj. Rubae’ah. Ayah Kiai Makmur berasal dari Karanganyar Tegal dan dikenal sebagai pengulu dan Imam Masjid Agung Nur Kalam Pemalang.

Semasa kecil, Kiai Makmur sudah digembleng pendidikan agama oleh kedua orang tuanya. Sejak usia belia hingga umur 7 tahun, di lingkungan keluarganya ia sudah diperkenalkan dan diajari huruf arab dan Al Qur’an.

Setelah umur 7 tahun, Kiai Makmur masuk Pendidikan formal di Hollandsch-Inlandsche School/HIS Pemalang (1913-1920). Setamat HIS, ia dikirim orangtuanya ke sejumlah pondok pesantren untuk memperdalam ilmu agama.

Beberapa pesantren yang pernah ditimba ilmunya oleh Kiai Makmur diantaranya Pesantren Godong Grobogan, Pesantren Jamsaren Surakarta, dan Pesantren Tebu Ireng Jombang.

Saat di Pesantren Jamsaren Surakarta dibawah asuhan KH Idris, Kiai Makmur mondok bersama kiai-kiai terkenal Pemalang lainnya seperti Kiai Komar Zen (kakak sepupu), Kiai Sidiq Kauman (Pendiri Pesantren Salafiyah Kauman Pemalang), Kiai Jamil Kademangan (di kemudian hari menjadi guru para kiai di Pemalang), Kiai Mursidi, Kiai Zaenal Abidin, dan Kiai Nahrowi Pelutan.

Setelah di Pesantren Jamsaren selama tiga tahun, Kiai Makmur kemudian melanjutkan nyantri ke Pesantren Tebuireng di bawah asuhan hadrotussyeikh KH Hasyim Asy’ari, yang pendiri Jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU).

Setelah nyantri di Pesantren Tebuireng dan mendapat restu dari KH Hasyim Asy’ari, sekitar tahun 1932 Kiai Makmur kembali ke Pemalang dan diikuti seorang santri Tebuireng asal Grobogan bernama Tamyis.

Kiai Makmur setelah pulang ke Pemalang aktif di dunia pergerakan perjuangan Kemerdekaan Indonesia dan aktif berdakwah. Ia kemudian mempersunting seorang perempuan anak penghulu kecamatan Taman bernama Samnah binti H Mawardi.

Usai menikah, Kiai Makmur hijrah dari Pelutan ke Taman di tempat mertuanya. Ia menempati rumah persis berada di sebelah selatan Masjid Jami’ Kauman kecamatan Taman. Untuk mengenang jasa-jasa almarhum, sejak 1961 masjid tersebut kemudian dinamakan Masjid Baitul Makmur.

Dari perkawinan dengan Samnah, Kiai Makmur dikaruniai empat orang anak, tiga laki-laki dan seorang perempuan.

Martir Syahid Sebagai Ulama dan Umara

Kiai Makmur adalah seorang ulama pejuang kemerdekaan Indonesia. Beliau aktif berjuang melawan penjajahan. Ia merupakan salahsatu pimpinan Laskar perjuangan kemerdekaan di Hizbullah-Sabilillah.

Selain itu, Kiai Makmur juga ulama pendidik pendiri pesantren di Pantura Pemalang. Ia merupakan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Kauman, Taman Pemalang.

Kiai Makmur juga seorang umara, ia merupakan Santri yang menjabat menjadi Bupati Pemalang periode 1946 – 1947. Ia menjabat cukup singkat, sekira 9,5 bulan. Pasalnya, pada 14 Oktober 1947  beliau gugur ditembak mati oleh penjajah Belanda pada Agresi Militer I. Belanda saat itu ingin menjajah kembali Indonesia setelah merdeka.

Almaghfurlah Kiai Makmur, bersama para tokoh dan pejuang lainnya, kemudian dimakamkan di Makbaroh Pagaran Pemalang. Lahu… Al Fatihah

Oleh : Abdul Azis Nurizun (Koordinator Gusdurian Pemalang dan Ketua PW FKDMI Jawa Tengah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *