Komunikasi, Kunci Pererat Toleransi Antar Agama di Desa Linggoasri

Publika811 Dilihat

MEDIASI – Pada Jum’at 15 September 2023, mahasiswa UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan melakukan riset dan wawancara di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan untuk menggali informasi tentang kerukunan antar agama yang ada di Desa Linggoasri.

Kami mewawancarai para tokoh agama, diantaranya dengan Taswono sebagai pemangku adat, Mustajirin sebaai tokoh Islam di Desa Linggoasri, dan Muhammad Yusuf sebagai kepala Dusun Rejosari Desa Linggoasri.

Di Desa Linggoasri ini terdapat empat agama yaitu, Islam, Kristen, Buddha, dan Hindu. Masyarakat Linggoasri tidak pernah membeda-bedakan sebuah agam. Karena itu, masyarakat di sana sudah hidup rukun sejak dahulu hingga kini.

“Kami masyarakat Linggoasri itu dari dulu itu sudah bisa menerima perbedaan dari orang tua kami, leluhur kami, pendahulu-pendahulu kami semua itu sudah terbiasa dengan perbedaan,” tutur Taswono sebagai pemangku adat.

“Jadi perbedaan itu sudah menjadi kodrat hidup yang tidak bisa kita tolak, seperti itu jadi kami tidak pernah mempermasalahkan, bahkan dalam setiap keluarga itu juga ada yang berbeda satu keluarga ada yang kakaknya islam, adiknya Hindu itu juga bisa hidup rukun berdampingan,” lanjutnya.

Masyarakat Desa Linggoasri biasa menggunakan komunikasi langsung atau tatap muka, seperti komunikasi antar individu dengan cara saling menyapa, berbicara dengan tetangga, sehingga komunikasi dapat menjalin tali persaudaraan dan membangun toleransi antar agama.

“Masyarakat disini sadar perlunnya hidup rukun, jadi tanpa ada arahan untuk hidup rukun dan toleransi masyarakat sudah tahu atas kesadarannya sendiri” tutur Damirah warga Dusun Linggoasri.

Warga Desa Linggoasri biasa mengadakan acara syawalan, sedekah bumi, upacara nyepi yang dilakukan oleh masyarakat hindu, dan maulid nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh masyarakat Islam.

Dengan diselenggarakan acara tesebut masyarakat Desa Linggoasri dapat berkomunikasi dan saling bertukar informasi antara masyarakat, sehingga dapat mempererat toleransi antar agama di sana.

Menurut Yusuf selaku kepala Dusun Rejosari mengungkapkan bahwa warga Linggoasri sudah menerapkan jiwa toleransi dan plurarisme, mengakar kuat dalam kehidupan keseharian warganya.

“Kalau di sini upacara keagamaan tetap masing-masing. Tapi, kalau ada acara keagamaan warga biasanya saling membantu entah itu tenaga atau materi,” demikian Yusuf.

Oleh : Yuliana Sulistyaningtyas (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *