MEDIASI – Sebagai warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Penulis menyadari bahwa daerah Batang memiliki potensi yang besar sekaligus tantangan yang harus dihadapi bersama.
Batang dikenal sebagai salah satu wilayah strategis di pesisir utara Jawa, dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, terutama di sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Meskipun memiliki banyak potensi, kabupaten batang tak luput dari permasalahan yang masih menjadi perhatian serius di tingkat lokal.
Salah satunya di bidang infrastruktur. Masalah infrastruktur yang muncul akhir-akhir ini sering dikeluhkan warga Kabupaten Batang adalah kondisi jalan raya yang rusak parah. Contoh nyata yang sangat memprihatinkan ada di jalur pantura Kabupaten Batang.
Di sepanjang jalur Pantura Batang banyak sekali kerusakan yang terjadi, diantaranya yaitu banyaknya lubang besar, tambalan seadanya, dan permukaan jalan yang tidak rata. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan berkendara, tetapi juga sering kali menimbulkan kecelakaan, terutama bagi pengendara sepeda motor dan kendaraan pribadi yang melintasi jalur tersebut.
Sedangkan dari segi ekonomi, mayoritas warga Batang merupakan petani dan nelayan. Namun, harga jual hasil tani maupun hasil tambak mereka sering tidak stabil. Sehingga membuat para petani dan nelayan mengalami kerugian saat harga anjlok.
Di sisi lain, Kabupaten Batang mengalami perkembangan di bidang industri. Banyak investor masuk ke wilayah Batang dan mendirikan pabrik-pabrik besar, seperti Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dan Kawasan Industri Batang (KIB). Hal ini menjadi peluang besar bagi warga Batang yang membutuhkan lowongan pekerjaan. Namun, tetap saja masih ada kekhawatiran di masyarakat mengenai dampak lingkungan dan apakah tenaga kerja lokal bisa terserap secara optimal.
Di bidang pendidikan, meskipun fasilitas sekolah di kota relatif baik, di desa-desa masih banyak siswa yang kesulitan mendapatkan akses pembelajaran berkualitas, terutama karena keterbatasan fasilitas internet. Pandemi COVID-19 kemarin juga memperlihatkan ketimpangan digital ini, di mana banyak siswa di desa tertinggal dalam proses belajar daring.
Permasalahan lain yang juga tidak bisa diabaikan adalah sampah dan lingkungan. Di daerah pesisir seperti Ujungnegoro, Roban, hingga Limpung, sampah yang menumpuk di sungai dan pantai menjadi masalah serius. Banyak warga yang belum memiliki kesadaran penuh untuk membuang sampah pada tempatnya, sementara fasilitas pengelolaan sampah juga masih terbatas.
Menurut Penulis, ke depan perlu ada dukungan lebih serius dari pemerintah daerah untuk memperkuat peran organisasi-organisasi pemuda. Program-program kolaborasi, bantuan dana kegiatan, serta pelatihan keterampilan harus diperbanyak agar kreativitas dan energi positif para pemuda semakin berkembang.
Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pemuda, saya yakin Batang bisa menjadi daerah yang maju, mandiri, dan lestari di masa depan.
Oleh : M. Aftah Zimam (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan)