Buku Bacaan Bermutu Solusi Hadapi Darurat Literasi

Opini1099 Dilihat

MEDIASI – Indonesia saat ini tengah mengalami darurat literasi. Hal itu ditunjukkan dengan adanya hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021. Yakni satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Data di atas menunjukkan bahwa skor literasi anak-anak Indonesia masih rendah dan belum meningkat secara signifikan. Kemampuan literasi peserta didik Indonesia masih berada di bawah rata-rata kemampuan literasi peserta didik di negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Belum cukup sampai di situ, fakta lain menunjukkan dari hasil AN yakni terdapat kesenjangan pada kompetensi literasi. Diungkapkan Mendikbudristek, masih cukup banyak sekolah, terutama yang berada di kawasan 3T dengan peringkat literasi dan numerasi berada pada level satu atau sangat rendah. 

Sekolah-sekolah yang berada di level satu dan di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) ini membutuhkan intervensi khusus, sehingga Mendikbudristek menjadikannya sebagai satuan pendidikan penerima buku bacaan bermutu pada program pengiriman buku ini.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, di tahun 2022, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia. 

Ini merupakan program pengiriman buku dengan jumlah buku dan jumlah penerima yang terbesar sepanjang sejarah Kemendikbudristek. Belum cukup sampai di situ, aktivitas terpenting yakni menyediakan pelatihan dan pendampingan untuk membantu sekolah memanfaatkan buku-buku yang diterima.

Tiga pilar kawal Program Buku Bacaan Bermutu 
Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) saat ini terus berkomitmen meningkatkan kemampuan literasi generasi muda Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan peluncuran kebijakan Merdeka Belajar episode ke-23: “Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia”. 

Terdapat tiga pilar utama menjadi acuan untuk mengawal kesuksesan program agar dapat berjalan dengan baik hingga ke pelosok tanah air. Tiga pilar utama tersebut yakni pemilihan dan perjenjangan, cetak dan distribusi, serta pelatihan dan pendampingan.

Pilar pertama yaitu pemilihan dan perjenjangan. Pilar ini Kemendikbudristek memilih buku berdasarkan kriteria buku bacaan bermutu, yaitu buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak. 

Telah terpilihlah 560 judul buku dari pelatihan penulis/ilustrator lokal, terjemahan bahasa daerah ke bahasa Indonesia dan bahasa asing ke bahasa Indonesia, serta modul literasi numerasi siswa kelas 1-6 SD. Menariknya, buku-buku tersebut telah dipilih, dijenjangkan, dan diverifikasi serta dapat diakses publik secara gratis melalui platform digital Kemendikbudristek.

Jauh dengan kondisi sebelumnya, dimana buku bacaan belum sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak. Selain itu, buku bacaan bermutu kurang banyak tersedia di perpustakaan dan pojok baca sekolah. Hadirnya program tersebut, kini telah tersedia buku bacaan bermutu di perpustakaan dan pojok baca sekolah yang membantu siswa memilih buku bacaan yang sesuai minat dan kemampuan baca anak.

Pilar kedua yakni cetak dan distribusi. Kemendikbudristek menyediakan dan mendistribusikan sebanyak 560 judul buku bacaan bermutu dengan total 15.356.486 eksemplar ke daerah 3T yang terdiri atas 5.963 PAUD dan 14.595 SD, serta daerah lainnya yang memiliki nilai kompetensi literasi/numerasi tergolong rendah.

Untuk pilar ketiga adalah pelatihan dan pendampingan. Menurut Mendikbudristek, kunci keberhasilan penggunaan buku bacaan terletak pada kemampuan kepala sekolah, guru, dan pustakawan dalam mengelola buku bacaan dan memanfaatkan buku bacaan untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan literasi siswa.

Upaya pelatihan dalam pengelolaan buku bacaan telah disampaikan kepada kepala sekolah, guru, dan pustakawan agar mereka dapat memajang, merawat, serta merotasi/menyimpan buku secara baik. 

Pelatihan dilakukan secara berjenjang mulai dari pelatihan tingkat nasional, regional, dan kabupaten di 2022 dan tingkat sekolah di 2023. Materi-materi pelatihan dapat diakses secara mandiri oleh kepala sekolah dan guru melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM).

Oleh : Tegar Roli A. (Dosen Manajemen Media Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan 
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *