Dakwah Visual, Senjata Tajam atau Bumerang?

Opini524 Dilihat

MEDIASI – Dakwah diartikan sebagai satu kegiatan untuk mengajak masyarakat melakukan atau meninggalkan suatu hal sesuai dengan tuntunan syariat yang dilakukan menggunakan media tertentu (Jusmiati, 2019).

Dalam era digital yang terus berkembang, cara kita berkomunikasi dan menyampaikan pesan telah mengalami transformasi signifikan. Salah satu bentuk komunikasi yang semakin mendapat perhatian adalah dakwah visual, yaitu metode penyampaian ajaran agama atau nilai-nilai positif melalui gambar, video, dan desain kreatif.

Akmal (Saputra, 2017) menyebutkan bahwa dakwah dalam implementasinya memiliki dua cara, yakni langsung dan tidak langsung atau melalui perantara seperti media visual. Dalam konteks ini, dakwah visual menjadi sangat relevan sebagai bentuk dakwah tidak langsung, memanfaatkan kekuatan gambar dan video untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Namun, seperti senjata tajam, dakwah visual juga bisa menjadi bumerang jika tidak digunakan dengan bijak.

Kekuatan Dakwah Visual

Dakwah visual memiliki kekuatan luar biasa dalam menarik perhatian audiens. Dengan menggunakan elemen visual yang menarik, pesan dapat disampaikan dengan cara yang lebih efektif dibandingkan dengan teks biasa. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa konten visual meningkatkan pemahaman dan retensi pesan hingga 60%. Video, gambar, dan infografis mampu menvisualisasikan ide-ide abstrak menjadi lebih konkret dan mudah dicerna oleh masyarakat yang beragam latar belakang.

Dakwah visual banyak disukai masyarakat sebab media tempat dipasangnya konten-konten dakwah adalah tempat paling familiar di era sekarang yang diakses oleh seluruh umat dari berbagai kalangan. Meskipun mereka tidak terhubung secara tatap muka, namun luas dan mudahnya pengguna untuk mengakses konten-konten dakwah secara visual ini menjadikan mereka dapat berinteraksi secara maya (Wibowo, 2020).

Salah satu daya tarik utama dari konten dakwah visual yang tidak mainstream adalah kemampuannya untuk menghadirkan perspektif baru mengenai ajaran agama dan nilai-nilai spiritual. Dengan menyajikan konten yang kreatif dan orisinal, seperti animasi, ilustrasi unik, atau bahkan kisah kehidupan sehari-hari yang diolah menjadi bermanfaat, dakwah visual bisa menarik perhatian audiens yang mungkin sebelumnya tidak tertarik pada materi agama.

Konteks yang tidak konvensional ini memberi warna tersendiri dan memungkinkan audiens untuk melihat iman dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, video pendek yang menggambarkan kebangkitan spiritual seseorang di tengah kesibukan modern dapat menggugah rasa ingin tahu dan mengajak penonton untuk merenungkan kembali makna hidup mereka.

Ketika pengguna dihadapkan pada konten dakwah visual yang kreatif dan tidak biasa, menjadi lebih mungkin bagi mereka untuk terlibat secara emosional dengan materi tersebut. Formula menarik ini mampu menciptakan hubungan yang lebih dalam antara audiens dan pesan yang disampaikan. Keterlibatan tersebut tidak hanya memberikan motivasi spiritual, tetapi juga menginspirasi individu untuk menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Sebagai contoh, konten visual yang menggambarkan sejarah Nabi Muhammad, seperti perjalanan beliau dari Makkah ke Madinah atau peristiwa-peristiwa penting dalam hidup beliau dapat berfungsi sebagai sumber pengetahuan yang mendalam. Dengan menyajikan cerita-cerita ini dalam bentuk visual yang menarik, audiens dapat lebih mudah memahami dan mengingat informasi penting tentang agama sehingga menambah kedalaman pengetahuan mereka mengenai ajaran Islam.

Bumerang dalam Dakwah Visual

Meski memiliki banyak kelebihan, dakwah visual juga dapat menimbulkan sejumlah risiko dan tantangan. Ketidakpahaman dan konteks yang kurang dipahami bisa menyebabkan penyalahgunaan dakwah visual. Konten yang dirancang untuk mendidik atau membangun masyarakat bisa berbalik menjadi alat untuk provokasi dan penyerangan. Misalnya, gambar atau video yang mengandung stereotip dapat memperkuat prasangka dan mengakibatkan konflik.

Dalam kasus seperti ini, niat baik bisa disalahartikan yang menyebabkan dampak sebaliknya dari yang diharapkan. Hal ini semakin rumit dalam era digital dimana konten dapat dengan mudah dibagikan dan diubah tanpa pengawasan atau klarifikasi yang mengakibatkan disinformasi yang berpotensi merusak.

Kebebasan dunia maya yang mendukung penyebaran informasi dengan cepat juga membawa tantangan tersendiri bagi dakwah visual (Jusmiati, 2019). Di satu sisi, media sosial memungkinkan pesan dakwah menjangkau audiens yang luas. Namun, di lain sisi justru kebebasan ini dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan konten yang menyesatkan atau memiliki agenda tertentu yang tidak sejalan dengan nilai-nilai agama dan moral.

Konten yang disengaja dibuat untuk mengeksploitasi emosi atau memprovokasi bisa menimbulkan kebencian, bukan persatuan. Untuk itu, penting bagi para penyampai pesan dakwah untuk bersikap bijaksana dalam memilih dan menyajikan konten serta lebih peka terhadap potensi penyalahgunaan yang mungkin terjadi.

Selain itu, penafsiran konten dakwah yang salah juga menjadi masalah yang perlu dihadapi. Dalam lingkungan yang memiliki banyak variasi budaya dan keyakinan, konten yang tampak jelas bagi beberapa orang mungkin tidak dipahami dengan cara yang sama oleh orang lain. Misinterpretasi dapat menimbulkan kebingungan dan konflik, terutama ketika konteks pesan tidak dijelaskan dengan cukup baik.

Memilih Pendekatan yang Bijak

Menghadapi potensi tantangan ini, para pelaku dakwah visual sudah seharusnya mengambil pendekatan yang lebih bijak. Pendekatan konsensual dan sensitif terhadap konteks sosial dan budaya audiens harus menjadi prioritas. Mencoba memahami nilai-nilai, norma, dan keyakinan lokal sebelum membuat dan menyebarkan konten menjadi salah satu alternatif yang baik meskipun sasaran dakwah visual ini adalah semua orang, terbebas dari batasan adat dan budaya.

Selain itu, penting untuk berinteraksi dengan audiens secara aktif, bukan hanya mengandalkan monolog. Memberi kesempatan kepada audiens untuk berpartisipasi dalam diskusi atau memberikan tanggapan terhadap konten dakwah akan membantu memperkuat hubungan dan membangun kepercayaan.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, dakwah visual adalah alat yang sangat berpotensi untuk menyebarkan pesan agama dan nilai-nilai positif di era digital saat ini. Kekuatan visual dapat mengubah cara berpikir dan merangsang tindakan positif, menjadikannya senjata tajam yang bisa digunakan untuk kebaikan. Namun, tanpa pendekatan yang bijak, dakwah visual bisa pula menjadi bumerang yang membawa masalah.

Dengan memadukan kreativitas, sensitivitas terhadap konteks, dan keterlibatan komunitas, dakwah visual dapat menjadi jembatan untuk memperkuat hubungan antaragama di dalam masyarakat yang terus berubah. Melalui pemahaman yang mendalam akan tanggung jawab tersebut, dakwah visual tidak hanya dapat menyebarkan kebaikan tetapi juga membangun ikatan yang lebih kuat di antara umat manusia.

Oleh : M Ghilman Kafa (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid)

Referensi:

Jusmiati. (2019). Tantangan dan Peluang Berdakwah Menggunakan New Media. Komunikasi Penyiaran Islam, 1.

Saputra, A. (2017). Media dakwah dan tantangannya di era globalisasi. UIN AR-RANIRY. Diambil dari https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/5302/2/Akmal Saputra.pdf

Wibowo, A. (2020). DAKWAH BERBASIS MEDIA DAN KOMUNIKASI VISUAL. Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 2(2), 179. https://doi.org/10.32332/jbpi.v2i2.2497

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *