KH Anwar bin KH Ilyas, Kyai Desa Belik yang Terlupakan

Ensiklopedi1213 Dilihat

MEDIASI – Belik merupakan nama desa plus kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pemalang bagian Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Purbalingga.

Di desa Belik dikenal paling tidak tiga tokoh kyai sepuh yakni Kyai Afifudin, Kyai Masruri dan Kyai Mukhail. Diantara ketiganya, Kyai Afifudin sudah meninggal beberapa waktu lalu. Sebelum generasi mereka, ternyata ada satu Kyai sepuh dan punya pengaruh serta disebut sebagai salah satu pejuang yang hampir dilupakan yakni KH Anwar, putra KH Ilyas Belik.

KH Anwar bin KH Ilyas adalah mertua dari KH Mukhail yang saat ini menjadj salah satu Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Belik Pemalang.

KH Anwar merupakan putra asli kelahiran Desa Belik yang meninggal pada tahun 1972 Masehi dan dimakamkan di Makbaroh umum ‘Makam Kasepuhan’ Belik.

Kyai Anwar meninggal setelah menunaikan tugas sebagai khotib sholat Idul Fitri. Menurut penuturan KH Mukhail, Kyai Anwar mangkat atau wafat setelah sebelumnya beliau terjatuh pingsan dari mimbar sholat Id. Ketika akan dibawa ke rumah sakit beliau ternyata sudah menghembuskan nafas terakhirnya.

Sekelumit Riwayat hidup dan perjuangannya

Kenapa Penulis mengambil naras ‘yang dilupakan’? Ya karena generasi setelahnya, terutama generasi saat ini, termasuk para aktivis pergerakan baik di Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, hampir tidak ada yang mengenalnya, apalagi mengenang perjuangannya.

Padahal, menurut Kyai Mukhail, KH Anwar merupakan salah satu tokoh sesepuh kyai yang ikut berjuang dalam syiar Islam dan pergerakan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada era 40-an.

KH Anwar yang merupakan alumni Pesantren Jamsaren Solo selama 11 tahun, seangkatan dengan KH Tartib Banyumudal, merupakan salah satu pendidik atau guru yang ikut mendirikan dan mengajarkan ilmunya di Madrasah Diniyyah Belik. Beliau juga ikut berkiprah melawan penjajah Jepang dan Belanda saat itu pada menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Buktinya, menurut Kyai Mukhail, saat itu KH Anwar adalah tokoh agama yang paling di cari dan akan ditangkap penjajah Belanda yang akan kembali menjajah Indonesia yang dikenal dengan istilah Agresi Militer I dan II kitaran tahun 1946-1948.

KH Anwar menunaikan ibadah haji pada usia muda bersama orangtua KH Ilyas. Kurun zaman itu, apalagi sebelum kemerdekaan, orang yang bisa melaksanakan ibadah rukun Islam ke lima adalah bukan orang sembarangan atau orang yang berpengaruh dan cukup kaya.

KH Anwar sendiri selain sebagai guru madrasah, beliau juga seorang saudagar pedagang kain batik. Dari hasil usahanya tersebut beliau mampu membiayai pendidikan anak-anaknya yang kebanyakan menuntut ilmu di Yogyakarta. Nah sayangnya, dari situlah kemudian terjadi ‘pergeseran’ yang tadinya keluarga KH Anwar adalah aktivis NU dikemudian hari anak-anak dan keturunannya kebanyakan aktif di Muhammadiyah. Karena mereka, anak-anak KH Anwar saat di Yogya ternyata menimba ilmu di pendidikan yang dikelola Muhammadiyah.

KH Anwar sendiri, seperti diceritakan Kyai Mukhail, meninggal saat setelah mengisi khutbah Idul Fitri di kalangan Jama’ah Muhammadiyah. Namun demikian, dari persaksian KH Mukhail yang hidup serumah hingga akhirat hayatnya beliau amaliyah ubudiyahnya adalah alaa Nahdliyyah atau NU. Termasuk, beliau jugalah yang mengenalkan dan menggerakan adanya jama’ah tahlil yang dulunya disebut sebagai Jama’ah Yasinan. Beliau pun, meski ikut di kegiatan Kemuhammadiyahan di Belik karena lebih cenderung demi menghormati pemahaman keagamaan anak-anaknya. Beliaunya sendiri, di kalangan kyai-kyai Nahdliyyin tetap dianggap sebagai salah satu tokoh NUnya wilayah Belik hingga akhir hayatnya serta diakui kiprah syiar perjuangan Islamnya di wilayah Belik.

Bahkan disebutkan KH Mukhail, sebagai tokoh sepuh kuno, beliau juga termasuk sebagai ‘Kyai Sakti’ yang mempunyai karomah. Kekeramatan KH Anwar bahkan dikatakan dan dipersaksikan oleh beberapa orang, termasuk ketika beliau meninggal. Beberapa orang dari luar Belik pun, termasuk dari Purbalingga, banyak yang sowan mencari KH Anwar setelah beliaunya sudah mangkat atau meninggal dunia. Dari persaksian mereka yang datang, mereka orang-orang yang hormat dan mengagumi sosok KH Anwar. Ini menandakan bahwa ternyata ketokohan almaghfurlah KH Anwar bin KH Ilyas juga diakui dari luaran daerah Belik. Wallahu’alam

Untuk Almaghfurlah KH Anwar Ilyas… Lahu. al Fatihah

Oleh : Abdul Azis Nurizun (Founder PP Babussalam Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman dan Ketua PW FKDMI Jawa Tengah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *