KH Syukri, Cahaya Santri dan Ulama dari Desa Pesantren

Ensiklopedi1358 Dilihat

MEDIASI – KH Syukri merupakan putera dari H Nur Alim. Beliau merupakan alumnus dari pondok pesantren Sirojul Mukhlisun, Payaman Magelang Jawa Tengah dan pondok pesantren Abul Faid Blitar Jawa Timur.

Sebelum menuntut ilmu nyantri di Magelang dan Blitar, Kyai Syukri diceritakan sebelumnya belajar ilmu dasar agama pada Kyai Tajri, pendiri dan pengasuh Pondok Pesatren Roudlatul Mubtadiin.

Sepulang dari pesantren di Magelang, beliau dinikahkan dengan putri KH Marfu, seorang penghulu agama dari desa Pesantren. Kemudian setelah menikah, beliau melanjutkan nyantri lagi sambil berkhidmat mengajar di pesantren daerah Blitar Jawa Timur selama kurang lebih 2 tahun.

Setelah kembali dari menuntut ilmu di pesantren Blitar, kemudian atas saran mertuanya KH Marfu’, beliau kemudian mendirikan pesantren sendiri.

Di awali oleh seorang santri dari kota Kendal yang sebelumnya menjadi murid Kyai Syukri ketika masih nyantri di Pondok Pesantren Abul Faid yang kemudian mengikuti Kyai Syukri ke rumahnya guna menimba ilmu dari beliau secara khusus.

Dengan bertahap dan pasti Kyai Syukri mulai membuka pengajian bagi masyarakat desa Pesantren. Kemudian para santri dari luar mulai datang dan semakin banyak dari berbagai daerah diantaranya : Jepara, Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Jakarta, Sumatra, bahkan juga pernah ada santri dari luar negeri seperti Malaysia.

Setelah jumlah santri semakin hari semakin bertambah, kemudian Kyai Syukri dan mertuanya mulai berfikir untuk mendirikan Pondok Pesantren.

Sebagai salah satu sarana penunjang belajar mengajar. Pada tahun 1967 berdirilah Pondok pesantren Baru Putra Putri Nurul Athfal. Konon, kalimat Baru disematkan pada nama pesantren karena tafa’ul ( mengharapkan barokah ) kepada almamater pesantrennya yaknk Pondok Baru Sirojul Mukhlisun Payaman, Magelang, di mana Kyai Syukri pernah menuntut ilmu di sana.

Sejak saat itu Pondok Pesantren Nurul Athfal, semakin berkembang pesat, seiring dengan perkembangan tersebut Nurul Athfal berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikan dengan sistem klasikal dan modern dengan mendirikan pendidikan setingkat SMP dan SMA yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *