Kyai Sayid, Penjaga dan Obor Majelis Ilmunya Desa Kalitorong

Ensiklopedi1421 Dilihat

MEDIASI – Kalitorong merupakan desa di wilayah Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang. Wilayah terbagi atas 3 dusun yakni Dusun Kalitorong,Tugu, dan Wadasmalang.

Masing-masing dusun di desa Kalitorong memiliki Masjid yang tidak hanya digunakan untuk sarana ibadah fardu sholat saja, tapi juga sebagai sarana majelis ilmu keagamaan dan syiar tarbiyah Islam. Sehingga tidak heran, masyarakat Kalitorong dikenal sebagai masyarakat yang cukup religius dan sadar pendidikan agama Islam.

Syiar Islam berkembang dan meluas di Kalitorong tidak lepas dari para pejuang ulama Islam tempo dulu yang giat berdakwah di desa tersebut. Paling tidak, ada dua ulama atau Kyai yang disebutkan berjasa dalam dakwah tarbiyah Islamiyah (pendidikan atau pengajaran syariat Islam) di Kalitorong, yakni Mbah KH Abdul Hamid dan Mbah Kyai Sayid.

Dari penelusuran Penulis, secara kultural estafet kepemimpinan ulama di Kalitorong didelegasikan mandatorinya secara adat dan pakem tak tertulis pada era pra Kemerdekaan hingga saat ini, ulama yang Kalitorong yang dituakan dimulai dari Mbah KH Abdul Hamid yang namanya diabadikan menjadi nama Masjid Baitul Hamid Kalitorong. Kemudian setelah beliau dilanjutkan Mbah Kyai Sayid dan diteruskan saat ini oleh putra keempatnya KH Muslih.

Mbah Kyai Sayid, Penerus Keulamaan KH Abdul Hamid dan Obor Majelis Ilmu Kalitorong

Ketiga tokoh ulama Kalitorong; KH Abdul Hamid, Kyai Sayid dan KH Muslih, merupakan tokoh agama yang dituakan oleh masyarakat desa Kalitorong. KH Abdul Hamid dan Kyai Sayid sudah mangkat atau wafat. Keduanya dimakamkan di pemakaman umum Desa Kalitorong dan setiap tahunnya diperingati wafatnya (haul) oleh keluarga keturunan Kyai Sayid bersama masyarakat. Sementara KH Muslih, saat ini adalah penerus estafet perjuangan ‘penjaga majelis ilmu’ yang didirikan kedua ulama Kalitorong tersebut.

Menurut catatan KH Muslih, Kyai Sayid merupakan putra Kyai Ramli dan lahir pada tahun 1929. Beliau mendapat pengajaran pendidikan agama pada masa kecilnya dimulai dari belajar pada bapaknya dan KH Abdul Hamid yang juga masih ada hubungan kerabat dengan orang tuanya.

Menginjak usia remaja, sekitar tahun 1941 Kyai Sayid menuntut ilmu di pesantren asuhan Kya Mashuri Pemalang selama kurang lebih 15 tahun. Selain itu, beliau juga belajar ngaji ke beberapa ulama kitaran kota Pemalang, seperti KH Abdul Jamil dan ulama lainnya. Beliau juga diketahui pernah mondok di pesanten daerah Kendal.

Pada tahun 1954, Kyai Sayid menikah dengan Nyai Muriyah yang merupakan putri salah satu tokoh Kalitorong bernama Haji Mustofa. Saat itu, beliau sambil wirausaha bertani dan berdagang buah mengajar ilmu agama membantu KH Abdul Hamid.

Mulai tahun 1970, Kyai Sayid bin Kyai Ramli didaulat sebagai tetua atau sesepuh ulama desa Kalitorong. Beliau secara resmi menjadi penerus perjuangannya KH Abdul Hamid. Sejak itu pula, Kyai Sayid giat mengampu serta menyelenggarakan gerakan pengajian rutin dari majelis ilmu satu dusun ke dusun lainnya di Kalitorong.

Kyai Sayid dikenal sebagai pribadi yang berkarisma dan istiqomah dalam pengajaran serta syiar agama Islam di Kalitorong. Tanpa mengenal lelah, hari-harinya beliau habiskan guna memberikan pengajaran ilmu ke berbagai tingkatan masyarakat. Walau pun menjadi ‘guru masyarakat’, beliau juga dikenal sebagai pembelajar sejati. Walau sudah jadi Kyai, setiap bulan masih rajin menghadiri majelis ilmu yang digelar KH Abdul Jamil dan KH Syahmari. Pada KH Syahmari Karangtengah inilah, Kyai Sayid berbait menjadi muridin Thoriqoh Syatoriyyah.

Pada cacatan yang penulis dapat, setidaknya ada delapan gelajaran majelis ilmu yang diampu oleh Kyai Sayid, yakni; Setiap Senin di Masjid Baitul Hamid, setiap Kamis di Mushola Baitul Mustofa, hari Jum’at wage di Masjid Dusun Tugu, hari Jum’at Pon di Masjid Wadasmalang, setiap malam Jum’at di setiap jamaah tahlilan, setiap pagi menyelenggarakan pengajaran bacaan al Qur’an untuk anak-anak dan setiap bulan Ramadhan menyelenggarakan ‘pengajian pasaran puasa’ di Mushola Baitul Mustofa.

Kyai Sayid selain dikenal sebagai ulama tarbiyah (pendidik yang giat mengajar), beliau juga dikenal sebagai ulama hikmah. Dari berbagai daerah sering ada yang datang sowan hanya untuk minat di suwuk. Walau pun kondang terkenal sebagai Kyai tarbiyah plus ahli hikmah, beliau tidak pernah jumawa. Bahkan beliau semakin tawadhu dan wirai sikapnya. Tak pernah bergeming dari urusan keduniaan walau pun banyak yang datang menawarkan kemewahan. Beliau tetap menempuh jalur khidmah membimbing umat hingga akhir hayat.

Pada hari Ahad 1 Ramadhan 1419 Hijriyah atau tanggal 20 Desember 1998 Masehi, Kyai Sayid mangkat (wafat) keharibaan Allah SWT. Beliau meninggal dunia pada pagi awal bulan suci Ramadhan dan dimakamkan di pemakaman umum desa Kalitorong. Beliau meninggalkan 9 orang anak dan 7 orang cucu. Estafet pelanjut perjuangan Kyai Sayid saat ini dilanjutkan oleh salah satu putranya yakni KH Muslih.

Untuk almaghfurlah Kyai Sayid dan KH Abdul Hamid Kalitorong…. Lahuma. AL FATIHAH

Oleh : Abdul Azis Nurizun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *