MEDIASI – Desa Banjaranyar merupakan desa yang masuk wilayah kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang. Walau pun di desa tersebut saat ini ada dua pesantren cukup besar, namun syiar Islam di desa tersebut muncul dan berkembang dari adanya madrasah diniyyah Miftakhul Ulum yang didirikan oleh almaghfurlah mbah Kiai Wasmad.
Sesuai dengan nama lembaga yang didirikannya, dari penulusuran jejak perjuangannya, Mbah Kiai Wasmad pun pantas diberi gelar ‘Miftakhul Ulum’ (Pembuka Pintu ilmu-ilmu) Desa Banjaranyar Randudongkal. Karena, dari perjuangannya inilah syiar agama Islam di desa tersebut berkembang dan bersinar. Kiprah perjuangannya ada dan nyata, jejak peninggalannya pun terasa dan dirasa sepanjang generasi desanya.
Ya, Miftakhul ulum… itulah gelar yang pantas disandang beliau, sebagai seorang alim-ulama yang sederhana, Kiai Desa yang berwibawa dan pendobrak perjuangan agama di Banjaranyar sepanjang masa.
Lahir dari Keluarga Pencinta Ilmu
Kiai Wasmad lahir dari seorang pedagang randu dan murid dari Mbah KH Abdul Karim Randudongkal yang bernama Mbah Kiai Maryadi. Istri Mbah Kiai Maryadi diceritakan berasal dari keluarga Pesantren Buntet di Cirebon.
Kiai Wasmad merupakan putra pertama dari tujuh bersaudara, enam laki-laki dan satu perempuan. Yang menarik, Kiai Wasmad dan ke enam saudaranya tersebut semuanya mengenyam pendidikan pesantren. Padahal saat itu, untuk membiayai pendidikan keluar daerah atau ke pesantren membutuhkan biaya yang cukup besar.
Namun, karena kecintaan orangtua Kiai Wasmad pada ilmu dan ta’dhim pada gurunya, beliau Mbah Maryadi rela mengurbankan harta benda miliknya diutamakan untuk pendidikan anak-anaknya.
Diceritakan, Mbah Maryadi awalnya ingin menunaikan ibadah haji ke tanah suci, tapi atas saran gurunya yakni KH Abdul Karim Randudongkal, dana yang untuk digunakan ongkos naik haji diminta dialihkan untuk membiayai pendidikan anak-anaknya ke pesantren dan Mbah Maryadi pun sami’na wa atho’na atas perintah gurunya tersebut.
Berkat kecintaannya pada ilmu dan barokah taat pada guru, ketujuh anak mbah Maryadi, semuanya menjadi pemuka agama dan pensyiar perjuangan agama Islam di beberapa tempat.
Kiprah Perjuangan Agama Kiai Wasmad
Dari penuturan salah satu putranya yang juga penerus perjuangannya di Madrasah Diniyyah Miftakhul Ulum Banjaranyar yakni Kiai Imron, Kiai Wasmad mengenyam pendidikan di pesantren sekitar 18 tahunan. Beliau awalnya menuntut ilmu di Pesantren Kaliwungu Kendal, kemudian di Pesantren Mangkang Semarang, hingga Pesantren Kempek Cirebon dan Giren Tegal. Di wilayah Pemalang, beliau juga pernah berguru pada Kiai Sidik Asy’ari.
Saat di Pesantren Kempek Cirebon, beliau seangkatan dengan KH Syahmari Syarif (Pendiri Pesantren Karangtengah Warungpring) dan beberapa kiai sepuh yang ada di Pemalang. Saat menjadi santri, beliau terkenal sebagai seorang jenius dan ahli berbagai disiplin ilmu agama. Sehingga, beliau pun disegani kealimannya oleh teman-teman seperjuangannya.
Setelah boyong pulang dari pesantren, beliau dinikahkan dengan seorang gadis dari desanya bernama Fathonah binti Nuri. Setelah menikah, beliau kembali ke Pesantren di Kempek guna berkhidmah tabarrukan pada gurunya untuk beberapa tahun kemudian. Dari pernikahannya ini, beliau dikaruniai 7 anak keturunan.
Setelah kembali ke desanya di Banjaranyar, beliau kemudian mengamalkan ilmunya di rumah dengan mengajari masyarakat Banjaranyar sekitararnya ilmu agama Islam. Saking tingginya animo masyarakat untuk belajar ilmu agama, tepatnya pada tahun 1967 Kiai Wasmad kemudian secara resmi mendirikan Madrasah Diniyyah Miftakhul Ulum di samping rumahnya.
Madrasah Diniyyah dibangun di tanah wakaf tiga orang yakni tanah Kiai Wasmad sendiri, H Abdul Manaf dan mbah Jariyyah. Madrasah ini dijadikan sebagai sentral syiar pendidikan agama Islam warga masyarakat Banjaranyar hingga saat ini. Selain itu, Kiai Wasmad pun mendorong berdirinya tempat ibadah (mushola) di desa tersebut. Tidak kurang, hampir selama 40 tahun beliau mengajar dan berkhidmah dengan masyarakat Banjaranyar.
Kiai Wasmad dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut dalam mengajarkan masyarakatnya. Selain mengajar, beliau juga bertani dan sebagai pengamal thoriqoh Qodiriyyah Naqsabandi. Beliau juga aktif di perjuangan organisasi Nahdlatul Ulama hingga akhir hayatnya.
Pesannya pada keluarga dan santri-santrinya adalah agar dalam mengajarkan ilmu agama harus dengan sabar dan ikhlas. Perjuangannya dikenang masyarakat hingga saat ini, bahkan para sesepuh Banjaranyar selalu menjadikan prilaku Mbah Kiai Wasmad sebagai kiblat panutan dan pedoman dalam menentukan sikap dalam bersosial-masyarakat hingga saat ini.
Tepat pada tanggal 7 Syawal 1981, seminggu setelah perayaan Idul Fitri, Mbah Kiai Wasmad di panggil keharibaan Allah SWT. Beliau dikebumikan bersama keluarga besar Mbah Maryadi di Pemakaman Umum tengah Desa Banjaranyar. Untuk Al maghfurlah Mbah Kiai Maryadi dan Mbah Kiai Wasmad… Al Fatihah
Oleh : A Azis Nurizun (Founder Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman)