Peringatan HSN dan Tafsir Makna Harfiah ‘SANTRI’

Opini399 Dilihat

MEDIASI – Di antara elemen bangsa yang ikut menjadi bagian penting terwujudnya kemerdekaan adalah para santri. Mereka memiliki peran penting dalam perkembangan Islam dan kebangsaan di Indonesia sehingga pemerintah menetapkan bulan ini sebagai Hari Santri tepatnya pada tanggal 22 Oktober.  

Hari Santri di Indonesia ditetapkan sebagai bukti dan penghargaan pada kontribusi besar para santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ini bermula, pada tanggal 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, mengeluarkan Resolusi Jihad yang menyerukan kepada santri dan umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajahan Belanda yang ingin kembali berkuasa setelah kekalahan Jepang.  

Resolusi Jihad ini memicu perjuangan berupa pertempuran besar di Surabaya, yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945, dan kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran tersebut dipimpin oleh para ulama dan santri yang bergerak bersama masyarakat untuk melawan pasukan kolonial. Peran santri dan ulama dalam perjuangan ini begitu besar sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kemerdekaan Indonesia.  

Mengaca pada sejarah tersebut, pada tanggal 22 Oktober 2015, pemerintah secara resmi menetapkan Hari Santri melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015. Hari Santri diharapkan menjadi momen untuk mengingat kembali pentingnya peran santri dalam pembangunan bangsa, baik di masa lalu, sekarang, maupun di masa yang akan datang.

Jika para santri dulu berjuang mengangkat senjata, lalu bagaimana dengan perjuangan santri di era saat ini? Kemudian, siapakah yang disebut dengan santri itu sendiri?.

Mengutip penjelasan dari KH Mustofa Bisri (Gus Mus), santri memiliki definisi yang luas. Menurutnya, santri adalah murid kiai yang dididik dengan kasih sayang untuk menjadi mukmin yang kuat.  

Santri juga adalah orang-orang yang mencintai negaranya, sekaligus menghormati guru dan orang tuanya kendati keduanya telah tiada. Santri adalah mereka yang dan menghargai tradisi-budayanya. Santri adalah mereka yang memiliki kasih sayang pada sesama manusia dan pandai bersyukur, mencintai ilmu dan tidak pernah berhenti belajar. Santri adalah mereka yang berprinsip bahwa agama adalah anugerah dan wasilah mendapat ridha Allah swt.  

Dari penjelasan ini, mudah-mudahan kita termasuk sebagai santri yang memiliki perjuangan luas agar bisa menjadi orang yang memberi manfaat kepada orang lain. Hal ini selaras dengan hadits Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan dari Jabir berikut:  

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ  

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).”  

Untuk mewujudkan hal ini, para santri harus memaknai eksistensinya dalam berkiprah di tengah-tengah masyarakat. Setidaknya, huruf-huruf yang ada dalam kata Santri itu sendiri bisa menjadi inspirasi. Huruf S,A,N,T,R, dan I bisa kita maknai dan menjadi motivasi bagi santri.

Huruf pertama adalah S yang bisa kita maknai sebagai Sukses. Santri harus menjadi sosok yang sukses dalam berbagai aspek kehidupan. Sukses di sini tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari kemampuan santri dalam berkontribusi positif di masyarakat. Pesantren telah melatih santri untuk menjadi pribadi ulet, tangguh, serta memiliki kecerdasan intelektual, emosional, serta spiritual. Dengan kecerdasan yang utuh ini, santri mampu membangun lingkungan sosial yang baik dan memberikan manfaat di berbagai sektor kehidupan seperti pendidikan, ekonomi, agama, dan kemasyarakatan serta sektor-sektor lainnya.  

Selanjutnya huruf kedua adalah A yang bisa dimaknai Aktif. Santri harus aktif memberi manfaat di berbagai sektor kehidupan. Santri berperan sebagai agen perubahan, baik dalam pendidikan, sosial, ekonomi, hingga politik. Santri diharapkan tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan kemaslahatan di masyarakat. Santri harus aktif dengan menjadi bagian penting dalam berbagai bidang kehidupan dan mampu mewarnainya dengan menjadi penentu kebijakan.  

Huruf ketiga adalah N yang bisa kita maknai sebagai Nasionalis. Santri harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Santri mencintai dan membela tanah air dengan segenap jiwa raga. Santri adalah penjaga PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945). Santri harus terus mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dan kerukunan dalam keberagaman.

Hal ini selaras dengan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

  يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ   

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”  

Selanjutnya huruf yang kelima adalah R yang bermakna Religius. Santri adalah sosok yang religius dan melandaskan setiap tindakan pada ajaran agama Islam. Santri menjadikan agama sebagai pedoman hidup, dengan ibadah sebagai prioritas utama. Nilai-nilai yang dipelajari di pesantren, seperti kesederhanaan, kejujuran, dan keteguhan dalam beribadah, dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Santri juga memegang prinsip moderasi, tidak ekstrem dalam beragama, dan menghindari tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama.   Dan yang terakhir adalah huruf I yang bermakna Inspiratif. Santri harus menjadi sosok inspiratif bagi masyarakat sekitarnya yang mampu menebarkan kebaikan, memberi teladan, dan menjadi contoh yang baik dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan akhlak dan ilmu yang dimiliki, santri bisa menginspirasi orang lain untuk turut serta dalam melakukan kebaikan. Santri yang inspiratif juga mampu menebarkan aura positif yang mendukung terselenggaranya kebaikan.

Dengan memaknai harfiah setiap huruf dalam kata Santri dan mengingat kembali sejarah penetapan Hari Santri ini, maka mari kita semua berupaya untuk menjadi pribadi sukses, aktif, nasionalis, toleran, religius, dan inspiratif dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Selamat menyambut Hari Santri Nasional (HSN) 22 Oktober 2024.

Oleh : H. Muhammad Faizin (Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung).

Note : Tulisan ini disarikan dari kanal keislaman sub ‘Khutbah’ di laman portal NU Online


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *