Mengulik Makna Filosofi Nanas di Pusara Makam Mbah Kyai Thoyyib Gombong

Serba-Serbi1250 Dilihat

MEDIASI – Setiap bulan Rabiul awwal atau bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, di wilayah Warungpring Pemalang ada peringatan Haul wafatnya tokoh ulama penyiar Islam terkenal bernama KH Muhammad Thoyib atau Mbah Thoyyib, yang dulu juga dikenal dengan sebutan Mbah Kyai Sepuh.

Haul meninggalnya Mbah Kyai Toyyib diperingati dan dihadiri berbagai kalangan masyarakat, terutama para muridin Thoriqoh Syatoriyyah. Karena semasa hidupnya beliau juga dikenal sebagai Mursyid awwal Syatoriyyah di wilayah Pemalang dan sekitarnya.

Kemursyidan Mbah Thoyyib kemudian dilanjutkan oleh almaghfurlah KH Syahmari pendiri Pondok Pesantren Mislakhul Muta’alimin Karangtengah Warungpring.

Mbah Kyai Thoyyib lahir pada sekitar tahun 1871 dan wafat pada tanggal 10 Robiul awwal 1379 Hijriyah atau tahun 1958. Beliau dikebumikan di pemakaman keluarga tepat dibelakang Masjid yang juga majelis ilmu yang didirikannya, yakni Masjid Baetul Mutaqien Gombong Warungpring Pemalang.

Ada hal yang menarik dan mengulik penasaran penulis untuk menelusurinya, yakni keberadaan tanaman buah nanas yang ada di atas pusaranya.

Ya, diketahui di atas tepat pusara makam Mbah Thoyyib terdapat tanaman nanas. Dalam penelusuran penulis, tanaman nanas ini merupakan wasiat dari Mbah Thoyyib semasa hidupnya agar kelak nanti saat dirinya wafat diatas pusaranya ditanam sebatang buah nanas. Tentu keberadaan nanas ini punya maksud tujuan atau punya pesan filosofinya. Apalagi di masa hidupnya, Mbah Thoyyib dikenal sebagai ulama keramat ahli hikmah.

Menurut salah satu cucu keturunan Mbah Thoyyib, Muzayyin, makna nanas diambil dari filosofi salah satu surat Al Qur’an yakni surat An Nas.

“Wasiat Mbah Thoyyib memang katanya di makamnya diminta ditanam nanas itu berhubungan dengan surat An Nas. Tapi maksud tujuan pastinya Wallahu’alam,” kata Muzayyin saat bertemu Penulis.

Namun, menurut Penulis, jelas setiap simbol pasti punya makna. Termasuk keberadaan nanas di atas pusara makam Mbah Thoyyib pun mengandung banyak pesan ‘hikmah’ yang mesti dipetik oleh kita yang masih hidup sebagai i’tibar atau pelajaran hikmah.

Filosofi Nanas

Dalam mitologi Cina dikenal ilmu Feng shui. Menurut ilmu ini, bunyi kata dalam bahasa China untuk nanas mirip dengan bunyi “semoga sukses menghampiri Anda,” sehingga nanas telah menjadi simbol feng shui tradisional yang populer tentang kekayaan, dan kemakmuran.

Di Pemalang sendiri, tepatnya di wilayah Kecamatan Belik terdapat banyak tanaman Nanas yang dikenal dengan ‘Nanas Madu’ Nanas ini banyak disukai, karena kekhasan rasanya. Sekalipun daunnya berduri. Tapi buahnya terasa manis, asal tahu cara mengupasnya.

Nanas adalah sebuah filosofi yang mengajarkan manusia untuk “berdiri tegak” dalam keadaan apapun’.

Buah nanas memang bentuknya selalu berdiri tegak. Saking tegaknya, buah nanas yang berwarna kuning itu jadi lebih kontras dengan daun-daun di sekitarnya. Warnanya cerah. Seolah jadi titik terang di antara dedaunan hijau gersang. Nanas itu tetap cantik meski berada di tempat gersang. Ya, nanas madu Belik Pemalang memang kebanyakan tumbuh subur diatas bebatuan pasir gersang di wilayah Belik dan sekitarnya.

Seperti hidup manusia. Sikap untuk selalu berdiri tegak itu penting. Tetap fokus pada pekerjaan baik yang dilakukan. Tanpa pedulikan orang-orang yang berprasangka buruk. Karena dalam hidup, pasti ada orang-orang yang tidak suka atas gerak langkah kita. Itu biasa, seperti petuah yang pernah disampaikan Gus Dur; “Sebenar apapun tingkahmu, sebaik apapun perilaku hidupmu, kebencian dari manusia itu pasti ada. Jadi jangan terlalu diambil pusing. Terus saja jalan.

Karena kita memang tidak mungkin membuat semua orang senang. Maka, jalani saja yang baik dan tetaplah berdiri tegak. Kalau menurut penulis, orang bijak bilang “istiqomah”, senantiasa konsisten dalam kebaikan.

Pelajar dari Buah nanas juga begitu. Nanas harus tetap tumbuh sekalipun berada di tempat yang tidak menyenangkan. Mengupas buah nanas pun bukan perkara mudah. Karena mata-nya banyak. Bila tidak bersih, bisa bikin gatal.

Jadi mengupas nanas itu, butuh ketelitian dan kewaspadaan. Bila tidak, bisa-bisa kita sakit perih tersayat pisau kupasannya.

Buah nanas juga bisa jadi simbol. Bahwa rasa manisnya harus sebanding dengan perjuangan mengupasnya.

Jadi, kira-kira filosofi nanas adalah ajakan untuk kita berdiri tegak dalam keadaan apapun.

Kita diajarkan belajarlah dari nanas. Buah yang selalu berdiri tegak sekalipun ada di antara dataran gersang.

Selain itu, dalam kaca mata spiritual orang nusantara yang beragama, secara filosofi nanas juga bisa mempunyai makna yang dalam dan sarat dengan petuah kehidupan.

Nanas disimbolkan sebagai pembersih hati, jiwa dan raga dari segala macam kotoran duniawi.

Simbol ini diambil dari sifat nanas yang jika digosokkan ke besi, maka karatnya bisa luntur dan kembali bersih.

Itulah sekelumit cerita keunikan makam Mbah Thoyyib yang dipusaranya ada buah nanas dan makna filosofi buah nanas. Wallahu’alam bisshowabLahu, Al Fatihah

Penulis : Abdul Azis Nurizun (Tukang Sapu di ‘Semesta Ilmu’)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *