MEDIASI – Media sosial kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, menawarkan kemudahan untuk berinteraksi dan bertukar informasi. Namun, dalam kenyataannya, media sosial juga menjadi pintu gerbang bagi penyebaran konten dewasa, termasuk pornografi.
Salah satu tantangan besar dalam dunia maya adalah membendung maraknya konten dewasa yang tersebar melalui berbagai situs web dan jejaring sosial. Penyebaran video pornografi melalui internet telah menjadi masalah serius yang mengancam kesejahteraan masyarakat, terutama anak-anak dan remaja. Konten pornografi dapat merusak nilai-nilai moral, memicu perilaku seksual berisiko, dan berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional.
Paparan pornografi dapat menjadi pengaruh buruk bagi siswa sekolah, mendorong mereka untuk meniru perilaku seksual yang tidak sesuai dengan usia dan norma sosial. Hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis dan sosial mereka, serta meningkatkan risiko terlibat dalam perilaku berisiko.
Data menunjukkan bahwa 64,9% dari siswa pernah menonton video pornografi, sementara 33,9% di antaranya bahkan telah mengunduhnya. Yang lebih mengkhawatirkan, perilaku ini sering kali berkorelasi dengan perilaku berpacaran remaja yang semakin permisif, mulai dari berpegangan tangan hingga melakukan hubungan seksual. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial tidak hanya berperan sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai agen perubahan perilaku yang potensial merusak.
Penelitian tersebut juga menyoroti pentingnya peran orang tua dan pendidikan dalam membatasi serta mengawasi penggunaan media sosial. Kurangnya komunikasi terbuka antara orang tua dan anak tentang perkembangan seksual sering kali membuat remaja mencari informasi dari sumber yang tidak tepat, termasuk konten dewasa di media sosial. Selain itu, peran teman sebaya yang berpengaruh kuat dalam perilaku remaja juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan.
Untuk mengatasi masalah ini, langkah kolaboratif harus segera diambil. Pemerintah dapat memperketat regulasi konten di media sosial dan meningkatkan literasi digital masyarakat. Institusi pendidikan juga harus lebih aktif dalam memberikan edukasi tentang dampak negatif dari konsumsi konten dewasa dan pentingnya penggunaan media sosial secara sehat. Sementara itu, keluarga harus menjadi benteng pertama dengan menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi terbuka dan pengawasan yang bijaksana.
Media sosial adalah alat yang netral. Namun, tanpa pengelolaan yang baik, alat ini dapat menjadi bumerang yang merugikan generasi muda. Upaya kolektif untuk membangun ekosistem digital yang sehat sangat penting, agar teknologi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan produktif, bukan untuk merusak moralitas dan masa depan bangsa.
Oleh : Muhammad Ma’shum Sada (Mahasiswa UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan)