Haul Almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid Ketiga Belas : Gus Dur dan Pembaharuan NU

Publika1128 Dilihat

MEDIASI – Keluarga besar KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur malam ini, Sabtu (17/12/2022) menggelar peringatan Haul Gus Dur ke-13 di kediaman almaghfurlah Jalan Warung Silah Ciganjur Jakarta Selatan.

Haul Gus Dur akan diisi pembacaan tahlil yang dipimpin KH Akhmad Said Asrori yang juga Katib Aam Syuriah PBNU.

Selain itu, Haul ke-13 Gus Dur juga akan diisi refleksi dari ulama karismatik KH Mustofa Bisri. Beliau yang akan menceritakan perjalanan Nahdlatul Ulama (NU) bersama Gus Dur, sesuai tema Haul tahun ini yakni “Gus Dur dan Pembaharuan NU.”

Biografi KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur

KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur lahir pada masa penjajahan Belanda, tepatnya pada 7 September 1940 di Denannyar, Jombang, Jawa Timur. Beliau merupakan putra pasangan KH Wahid Hasyim dan Nyai Solichah.

Mulanya Beliau lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. “Addakhil” berarti “Sang Penakluk”. Namun kata “Addakhil” tidak cukup dikenal dan diganti dengan “Wahid”. Untuk kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur.

Gus Dur merupakan putra pertama dari enam bersaudara. Keluarganya sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur.

Panggilan “Gus” adalah sapaan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai, yang berati “abang” atau “mas”.

Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, merupakan tokoh nasional yang terkenal. Ia terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama pada 1949. Sedangkan Ibunya, Nyai Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang. Ia tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.

Riwayat Pendidikan Gus Dur

Setelah lulus SMP pada tahun 1957 di Yogyakarta, Gus Dur pindah ke Magelang untuk menimba ilmu di Pesantren Tegalrejo. Beliau dikenal santri yang berbakat dan unik.

Karena bakat dan kecerdasannya, Gus Dur menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun. Yang mana seharusnya ditempuh selama empat tahun.

Kemudian pada 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas Jombang. Di sini beliau mendapatkan pekerjaan sebagai guru dan kepala madrasah.

Gus Dur juga menjadi wartawan Horizon dan Majalah Budaya Jaya. Artikelnya diterima dengan baik dan ia mulai mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial.

Dengan popularitas itu, Gus Dur mendapatkan banyak undangan untuk memberikan kuliah dan seminar. Membuatnya harus pulang-pergi antara Jakarta dan Jombang, tempat Gus Dur tinggal bersama keluarganya.

Gus Dur dan NU

Gus Dur menduduki berbagai jabatan dan kiprahnya dikenal di berbagai lini kehidupan, salah satunya ia pernah didapuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agama. Ketika itu, seperti dilansir dari laman IPNU, Gus Dur membayangkan dirinya sebagai pembaharu NU.

Jelang Pemilu Legislatif 1982, Gus Dur berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Partai Islam yang dibentuk dari penggabungan empat partai Islam termasuk NU.

Memasuki era reformasi, pada tahun 1998 Gus Dur dan beberapa tokoh khos NU mendeklarasikan pendirian partai politik. Hal ini dilakukan agar warga NU bisa menyampaikan aspirasi politiknya. Partai tersebut diberi nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Pemilu April 1999, PKB meraih 12 persen suara dan PDIP memenangkan 33 persen suara. Pada tanggal 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat presiden RI.

Pada 20 Oktober 1999, Sidang Umum MPR memilih presiden baru. Gus Dur terpilih sebagai Presiden RI ke-4, Meskipun suara PDIP meraih yang terbesar. Wallahu’alam

Untuk Almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid… Lahu. Al Fatihah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *