Ngasab, Wadah Pemuda Alumni Santri Gendowang Berbagi Ilmu dan Pengalaman

Publika1457 Dilihat

MEDIASI – Hari Jum’at adalah hari kemuliaan bagi kaum Islam telah banyak selebaran firman maupun hal-hal menakjubkan di hari Jumat. Di setiap hari Jum’at pula para pemuda Gendowang bersatu padu melambaikan kaki serta menajamkan fikirannya di forum Ngasab. Bagi kami forum ngasab adalah manifestasi pendidikan holistik Rudolf Steiner.

Menurut Rudolf Steiner pendidikan holistik adalah pendidikan yang mempertemukan potensi sosial, moral, dan intelektual di satu panggung, saling berbagi pengetahuan sebab bertujuan untuk tidak mengukur mana si pintar dan mana si bodoh, dalam pendidikan holistik kita menjunjung semua pengetahuan yang dimiliki oleh umat manusia.

Selayang Pandang tentang Ngasab

Ngasab adalah forum ngaji berbasis pendidikan holistik seperti yang dibahas sebelumnya , yang menjadi pembeda antara kami dengan ngaji lainnya adalah kami selalu menghadirkan pemuda produktif gendoang , dan parometer gendoang hari ini ,

Seseorang yang membuat para jiwa-jiwa muda dan tua Gendowang mengakui keanggunan pemikiran, dan pergerakannya yang menyenangkan, tidak merusak tapi menumbuhkan, forum ini berdiri pada 19-01-2022 baru sekali belum lama, forum ini didirikan oleh para pemuda yang sadar bahwa kita ini banyak potensi tapi kita harus beri ruang agar potensi-potensi bertemu dan memperkaya perspektif iman, Islam, dan pengetahuan kita.

Spesial Ngasab; Ngopi Bareng Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU Turki

Malam itu kami kedatangan tokoh besar nan nasional,  yang bagi kami sendiri sudah cukup menjadi inpirasi paling nyata, bahwa tidak ada halangan apapun selama kita punya keyakinan terhadap pendidikan, Mas Ahmad Munji adalah mahasiswa Doktoral Marmara University Istanbul  Turki yang sudah menyelesaikan disertasinya.

Mas Ahmad Munji memberikan beberapa gambaran tentang role model bagaimana Pemuda GP Ansor berjalan sesuai zaman.

Pertama, mengkonsolidasikan agar masyarakat pemuda mau bergabung dengan Ansor , tentu semua beranjak pelan-pelan serupa mendaki anak tangga, tentu dalam wilayah ini kita juga paham akan akan gerakan konservatif di jam’iyah-jam’iyah akan tetapi kan begini hari ini kompetitor dakwah kalian itu bukan Muhamadiyyah akan tetapi gerakan tarbiyah terdekat di Sima dan di Jombang sana sebagai basis, jantungnya orang NU pun sudah mulai ada Wonosalam Islamic Boarding School, maka hari ini pertarungan kita lebih nyata, di luar negeri sana sama, jika disini berbentuk sekolah, jamiyah kami disana bertarung dengan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia ).” Kata Ahmad Munji.

 “Kedua, hari ini zaman informasi dan globalisasi bermekaran dimana-dimana, sehingga banyak orang yang belajar agama di perantuan bukan pada ahlinya, budaya dulu masih banyak yang sowan kepada asatidz Gendowang untuk bertanya sesuatu, curhat tentang sesuatu, bahkan punya hajat tertentu. Hari ini budaya itu menghilang dengan semakin tingginya jiwa-jiwa individualis dan egois yang kemudian membuat slogan Ra sah NU-NU nan sing penting Islam“ slogan inilah yang menjadikan masyarakat kita lambat laun kurang mendengarkan, menghormati  para pengemban agama Islam  di wilayah kita” lanjutnya.

Lebih lanjut Ahmad Munji mengungkap tentang urgensi adanya gerakan kemakmuran masjid untuk menghidupkan marwah perjuangaan alaa Nahdliyyah.

“Ketiga, adalah kerakan Kemakmuran Masjid. Ini harus menjadi gerakan kita bersama, kita harus melihat catatan sejarah bagaimana Islam berkembang, bagaimana NU mencapai masa keemasan, dan kalau kita sadar NU pun tercipta karena ada sangku paut dengan gerakan yang mengganggu kemakmuran Masjid Nabawi, hingga kemudian muncullah Komite Hijaz, untuk menyelamatkan kemakmuran Masjid peninggalan Nabi SAW,” katanya.

“Berapa banyak masjid kita yang terjajah lantaran kita tidak bergerak di  gerakan kemakmuran masjid, sebab ranting itu akar rumput yang menjaga marwah Nahdlatul Ulama, ranting itu hal yang paling esensial jika kita bicara rumah besar NU sebab garda terdepan jika ada huru – hara di bawah tampil terdepan dalam gelanggang itu adalah ranting “, lanjutnya penuh semangat.

Selain itu, Mas Munji pada acara Ngasab juga berbagi cerita pengalamannya ketika ia berada di Turki di antaranya melihat Istanbul Basekhir, saat acara dengan Gus Yahya di satu forum dan ia juga bercerita tentang kerjasamanya dengan komunitas Muslim di Turki agar mengikisnya Islamphobia di Eropa.

Ia juga menceritakan pengalamannya di negeri Kamal Attaturk seperti kegiatan melakukan ziarah, tahlil serta acara kultural NU lainnya yang ia laksanakan disana. Ia juga berbagi cerita kehidupannya di luar negeri seperti kegiatan ziarrah ke Makam Nabi dan  makam sahabat para nabi di antaranya Sahabat Khalid bin Zaid al Anshari, Nabi Ayub, sahabat Abu Dzar al Ghifari dan lainnya.

Oleh : Imam Dahlizi (Penggerak GUSDURian Pemalang di Moga dan Bakul Kopi di Ngasab)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *