MEDIASI – Mbah kyai Mubarok bin Mbah shomudi merupakan ulama kelahiran Rembun Kabupaten Pekalongan. Beliau dilahirkan dari keluarga biasa bukan kalangan priyayi, namun berkat kecintaan ayahnya terhadap orang alim, orangtuanya mampu melahirkan generasi sebagai orang yang alim pula.
Dulu kyai Mubarok nyantri kepada Mbah Dimyati Kedawung Comal, sebagai santri generasi awal dan juga sebagai abdi dalemnya. Beliau semasa menjadi santri sering disuruh mencuci bajunya Mbah Dimyati. Dengan sami’an wa tho’atan beliau terhadap gurunya, sama sekali tidak pernah mengeluh. Bahkan, beliau meyakini dengan adanya selalu bersentuhan langsung dengan guru akan mendapatkan keberkahannya.
Diceritakan oleh santri yang pernah menjadi abdi dalemnya, pernah suatu ketika kyai Mubarok diajak Mbah kyai Dimyati untuk pergi ke Jakarta, namun bus yang beliau berdua naiki ternyata jurusan ke Surabaya, namun anehnya beliau berdua tetap sampai ke Jakarta tepat waktu.
Setelah beliau selesai menimba ilmu pada Mbah Dimyati, beliau kemudian menikah dengan Nyai Khodijah putri dari mbah Kiai Sholih Nawawi dari Petarukan. Nyai Khodijah merupakan sosok istri yang setia menemani Mbah kyai Mubarok dalam berjuang menyebarkan ilmu agama di Petarukan pada masanya dan thoriqoh yang beliau amalkan yaitu ta’lim wa ta’alum (belajar dan mengajar).
Perjalanan beliau dalam mensyi’arkan agama Islam di wilayah Petarukan diawali dengan mengajar putra-putrinya dengan pendidikan menghafal Al-Qur’an. Seiring berjalanya waktu banyak anak-anak sekitar yang ingin belajar dengan beliau, sampai rumah pribadi beliau dijadikan tempat tinggal santri dari luar Petarukan, sehingga beliau mendirikan pondok pesantren kecil-kecilan dan berkembang sampai sekarang.
Kiprah beliau di masyarakat bukan hanya di bidang pendidikan, namun juga di bidang sosial yang mana setiap tahunnya beliau selalu menggerakkan masyarakat Petarukan untuk mengadakan semarak takbir keliling pada bulan Dzulhijjah dengan tujuan merekatkan ukhuwah Islamiyah dan untuk memberkahi desa yang menjadi rute semarak takbir keliling.
Adapun kegiatan yang selalu beliau adakan rutin setiap tahunnya adalah mengadakan pengajian umum guna menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad atau biasa disebut bulan maulid. Acara Maulid yang beliau laksanakan selalu dihadiri ribuan jama’ah dari penjuru daerah. Lebih istimewanya lagi, setiap kegiatan pengajian Maulid beliau selalu menghadirkan Habaib dari berbagai kota. Kecintaan beliau terhadap dzuriyah nabi tidak diragukan lagi, Kiai yang dikenal sebagai muhibbin pada para habaib.
Seperti yang diceritakan pengurus Pesantren Darul Muta’alimin, pernah suatu hari sebelum meninggalnya kyai Mubarok, ada seorang Habaib yang sedang menempuh perjalanan dari arah Timur menuju ke Barat, namun sesampainya di Lampu Merah Kecamatan Petarukan Habaib tersebut terasa melihat ada sinar cahaya yang sangat terang melintang di atas, akan tetapi sekelilingnya sangat gelap. Karena penasaran, Habaib tersebut akhirnya menghampiri cahaya itu yang menghantarkan sampai ke kyai Mubarok. Habaib tersebut pun berkata kepada santri-santri kyai Mubarok “hadza min Auliya‘.
Kyai Mubarok wafat pada hari Jumat tanggal 15 Mei 2020 bertepatan bulan Ramadhan. Di hari mangkatnya, banyaknya peta’ziah datang dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mantan Bupati Pemalang Junaedi, yang juga ikut mensholatinya. Beliau dimakamkan di komplek pondok pesantren yang didirikannya, yakni Pondok Pesantren Darul Muta’alimin, Keboijo, Petarukan Kabupaten Pemalang.
Wa Allahu ‘alam bishowab.. Lahu Al Fatihah !
A Rifai (Penggerak Gusdurian Pemalang di Petarukan dan Mahasiswa STIT Pemalang)