Syeikh Maulana Hasan Maghrobi, Wali Mastur yang Sering Diziarahi Habaib dan Kiai

Ensiklopedi1314 Dilihat

MEDIASI – Di nusantara, khususnya wilayah pulau Jawa dikenal sebagai gudangnya para wali, sebut saja yang paling terkenal seperti Walisongo dan generasi penerusnya. Sebutan Wali sendiri secara sederhana merujuk pada sebutan ulama Islam yang mempunyai kemampuan adikodrati berupa karomah atau mempunyai keramat tertentu.

Nah, terkait Wali ini ada dua kategori yakni wali masyhur (yang tampak atau ditampakkan) dan Wali Mastur (yakni wali bersembunyi atau menyembunyikan identitasnya). 

Budayawan terkenal Cak Nun dalam salahsatu podcastnya mengatakan bahwa wali mastur adalah kekasih Allah yang ditabiri. “Tabirnya itu bisa pada peta budaya, peta sosial, bisa pada mata manusia, bisa pada ilmu dan pengetahuan manusia”, kata Caknun.

“Tapi kan ada wali yang disembunyikan oleh Allah”, lanjut budayawan yang bernama lengkap Ainun Najib ini.

Masing-masing wali memiliki tingkatan derajat kewalian dan kekhususan tersendiri. Banyak para Wali Allah yang tersembunyi (mastur) yang tidak banyak diketahui orang.

Kebanyakam orang hanya mengetahui wali yang masyhur daripada wali khas yang derajatnya ditinggikam oleh Allah pada masanya dibanding lainnya.

Bahkan seorang Sulthon Aulia masyhur Syeikh Abdul Qodir al Jaelani, pada masa hidupnya tidak dikenal sebagai seorang wali hingga setelau 25 tahun terbuka hijab (dinding penutup) akan kewaliannya.

Termasuk salahsatu guru Syeikh Ali Abu Hasan Asy Syadily (pendiri Thariqoh Syadziliyyah), yakni Syeikh Abdus Salam bin Masyisy, baru terbuka keberadaan dan kebesaran kewaliannya setelah makam ditemukan muridnya di atas sebuah bukit.

Namun demikian, masyhur atau tidak bukanlah tujuan bagi seorang Aulia. Semua akan terkuak atau muncul diketahui bergantung pada kehendak dan takdir Allah SWT.

Makam Syeikh Maulana Hasan Maghribi Sering Dikunjungi ‘Wali’

Ada ungkapan  ‘Tidak ada yang tahu wali kecuali sesama wali’. Istilah tersebut mungkin cocok untuk menggambarkan muncul sosok nama yang kemudian dikenal sebagai Syeikh Maulana Hasan Maghrobi Moga.

Sebelum dipugar dan terkenal hingga diperingati haul meninggalnya oleh masyarakat setempat, keberadaan makam Syeikh Maulana Hasan Maghrobi ini asing bagi warga Moga dan tempatnya masih berupa tumpukan batu bata menyerupai sebuah candi serta berada di tengah perkampungan padat penduduk.

Namun demikian, para habaib dan kiai yang dikenal masyhur kewalian serta karomahnya sering datang berziarah ke makam tersebut, seperti Habib Ali bin Sholeh Al Habsyi, Habib Husein al Athos, Mbah Kiai Sholeh Petarukan dan Mbah Nur Walangsanga.

Hingga kemudian, atas saran dan petunjuk dari maulana al Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan, makam Syeikh Maulana Hasan al Maghrobi dipugar untuk diperluas dan diperbaiki. Pada 28 Desember 2016 makam tersebut diresmikan pemugarannya oleh Habib Luthfi didampingi KH Baedhowi (Pengasuh PP Al Falah Moga) serta tokoh dan masyarakat lainnya.

Setiap tahun bulan Jumadil ‘Ula, Haul Syeikh Maulana Maghrobi diselenggarakan oleh masyarakat sekitar dan selalu dihadiri Habib Luthfi bin Yahya. Sayangnya, sejak pandemi kegiatan peringatan haul ini terhenti.

Namun demikian, menurut salahsatu aktivis Ansor dan Banser bernama Slamet yang rumah tinggalnya tidak jauh dari makam menyebutkan bahwa tahun ini akan kembali dilaksanakan Haul Syeikh Maulana Hasan Maghrobi.

“Kemarin sudah musyawarah rembugan dengan tokoh masyarakat seperti Kiai Hisyam dan lainnya, dalam waktu dekat ini akan dilaksanakan Haul yang sempat terhenti gegara wabah pandemi,” katanya.

Ada pun letak makam Syeikh Maulana Hasan Maghrobi memang berada di tengah permukiman padat dan jalan yang cukup sempit, namun jaraknya tidak jauh dari jalan raya Moga-Randudongkal, tepatnya berada di blok Gamprit Desa Moga Kecamatan Moga Pemalang.

Untuk almaghfurlah al mukarrom Syeikh Maulana Hasan Maghrobi Moga…Al Fatihah.

Oleh : A Azis Nurizun (Founder Yayasan Semesta Ilmu Nurul Iman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *