KH Ridwan, Fuqoha dan Ekonom dari Pepedan

Ensiklopedi1281 Dilihat

MEDIASI – James A Banks dalam buku Race, Culture and Education menjelaskan sejarah sebagai “All past event is history (History as actuality). History can help students to understand human behaviour in the past, present and future. (New goals for historical studies).” Artinya, bahwa semua peristiwa masa yang lampau adalah sejarah (sejarah sebagai kenyataan).

Sejarah dapat membantu kita untuk memahami perilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang (tujuan-tujuan baru pendidikan sejarah), tanpa melihat sepak terjang para leluhur desakita, apa kabar ? tentang cara kita mengingat dan mempraktekkan para perilaku mereka , maka dari itu kami menampilkan kembali tokoh dari Desa Pepedan yakni KH Ridwan, seorang ahli Fuqoha dan sang revolusioner desa Pepedan.

Biografi KH Ridwan

KH Ridwan dilahirkan di desa Pepedan kecamatan Moga pada tanggal 12 Januari 1900  dari nyai sofiyah dan ayah KH. Abdurrahman pepedan , atau masyarakat pepedan mengenal kyai sodah adalah wikara ( nama pemimpin desa ), sebagai keturunan yang memiliki privillage menyenangkan , kyai ridwan mengaji dengan beberapa kyai desa kami yakni desa pepedan seperti  kyai said, kyai asy’ari , beliau ngaji tentang fiqih dasar, tajwid dasar, nahwu shorof, dengan bapaknya KH Abdurrahman, Kyai said, Kyai asy’ ari , selain giat  mengaji beliau juga bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), waktu itu ELS ini ada di Desa Gendowang,  tentu kesempatan ini langka melihat tahun 1907  masyarakat kita masih banyak yang tidak mendapatkan keistimewaan , tentu pengalaman ini menjadi bekal berharga  selain dari kyai kampung kami ,

Selepas menyelesaikan pendidikan  di  ELS,   Beliau melanjutkan pendidikan keagamaan di Pesantren Kempek Cirebon ,  beliau tidak melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau setara smp hari ini , beliau lebih memilih menjadi anak santri daripada harus berlama- lama sekolah dengan kaum eropa.

Beliau mondok di pesantren kempek Cirebon , pada tahun 1915 , beliau mengaji dengan kyai idris kamali , KH Umar Sholeh, KH Harun kempek, kh yusuf harun, KH nashir abu bakar , beliau mengaji kitab syarh al- waraqat karya jalaluddin al mahalli, al manhal al- amim bi hasyiah al manhaj al qawwam karya syekh mahfudz termas, kifayatul ghulaam karya syekh Mahmud Muhtar, di majlis tarbiyatul mubtadien (MTM) kempek , beliau melanggengkan tirqiyatul mujarrab,syamhussyadri, sholawat badar, karya Syekh Mahmud Muhtar sampai pada tahun 1923, selama mondok di pesantren beliau juga berteman akrab dengan KH abdul halim leuwimunding , beliau kemudian melanjutkan pendidikan beliau hingga tahun 1926 sampai hari lahirnya NU di jombang dengan mendalami fiqih dengan KH Nashir Abu Bakar

Nama KH Ridwan dan Cooperation Kaoem Moeslimin

Nama kh Ridwan sendiri adalah pergantian nama dari ansori, pergantian ini di sebabkan beliau berangkat haji saat menggunakan kapal , beliau berangkat haji dengan KH mufti dari desa Gendowang, beliau berangkat menggunakan kapal belanda promathens, kapal pesiar ini di bawah naungan Rotterdarms Llyod {penyedia jasa kapal pesiar kala itu  , ada di buku ( Henry Chambert Loir “naik haji di masa silam : kisah orang – orang Indonesia naik haji “)  , pada tahun 1927 , beliau membutuhkan waktu yang lama makanya di mekah sana beliau juga bersama para sahabat- sahabatnya mengaji di madrasah shaulatiyah asuhan sayyid zaini dahlan ,

di sana juga beliau bersama para sahabatnya berkesempatan untuk mengaji langsung dengan syaikh khatib al minangkabawi fath al – mubin, al nafaqat syarh al – waraqat , beliau juga mengaji , seperti yang di tulis oleh( Ahmad al – sibai , dalam tarikh al makkah ) beliau menyinggung banyaknya orang nusantara yang menjadi pembelajar baik muda maupun tua di makkah al mukarramah ,

KH ridwan juga membaca majalah – majalah al urwat wustqo, tafsir al manar , pada tahun 1932 beliau pulang ke Indonesia mempersunting nyai istiqomah bin kyai said  pepedan  pada tahun 1934 ,

 pada saat pulang kampong beliau membangun peradaban ekonomi di pepedan , di awal tadi kita sempat singgung persahabatan erat antara KH Ridwan dengan KH Abdul Halim Leuwimunding , dan kita tentu bahwa KH Abdul Halim Leuwimunding adalah penggagas Coorperation Kaoem Moeslimin , maka KH Ridwan pepedan menerapkan nahdlatul tujjar tersebut di pepedan ,

koperasi ini memperjual belikan barang – barang pokok masyarakat dengan ketentuan 40 persen untuk pendidikan, 15 persen untuk pemilik modal, 25 persen untuk kemaslahatan masyarakat , (pertumbuhan dan perkembangan nu karya chairul anam ), berkat inilah pada tahun 1945 desa kami:  memiliki gedung sekolah rakyat, berkat praktek ini KH ridwan bersama para kyai – kyai desa kami berhasil membuat langgar , surau untuk pendidikan agama di desa kami , beliau juga di kenal sebagai kyai yang sangat ahli di bidang fiqih selepas beliau pulang dari mekkah al mukarramah beliau focus ngajar tentang ilmu agama di kediaman beliau, kitab kesayangan beliau adalah fathul mu’in karya syekh zainuddin al malibari  , beliau sering membacakan ini terutama saat hari jumat pagi , banyak tokoh yang berduyun- duyun datang ke ndalem beliau , untuk mengaji kitab, belajar agama ke beliau ,

kyai kami meninggalkan kami

beliau meninggalkan kami pada tahun 1997, beliau meninggalkan kami pada hari jum’at , seperti biasa selepas beliau mengajarkan kitab fatkhul mu’in kemudian beliau membaca surah al kahfi sampai 3 kali , melanggengkan  tirqiyatul mujarrab, Sholawat badriyah,  jum’at itu seperti biasa masyarakat datang berjum’atan , lalu tiba – tiba suasana jum’atan kami berbeda, KH ridwan tidak berdiri dari sujudnya , siang itu KH kholil dan beberapa kyai desa kami menjadi saksi berpulangnya sang mahaguru ke haribaan Allah SWT.

Oeh : Imam Dahlizi (Penggerak Gusdurian Pemalang kelahiran Desa Pepedan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *